Rabu, 18 Mei 2011

"Lengkungan lembut sebuah raut" (Senyum 2)

Sudah beberapa minggu sepotong naskah novel buatan Dara terabaikan oleh Dara yang sungguh tidak bisa konsisten akan hobi menulisnya itu. Padahal, hatinya sungguh selalu ingin menuangkan segala yang ada di pikiran ke dalam serangkaian kata demi kata, kalimat demi kalimat, dan paragraf demi paragraf. Tapi...... entahlah...... ia hanya selalu merasa menulis bukan tentang target seberapa banyak yang telah ditulis, ataukah seberapa seringkah kata-kata dirangkai, dan seberapa jelas kah tulisan itu dimengerti. Ia hanya tahu bahwa menulis adalah ketika ia benar-benar sadar ada waktu yang tepat dimana inspirasi membantu menciptakan pilihan kata yang ideal terhadap suatu pendiskripsian tentang seseorang, sesuatu, suatu tempat, ataukah objek lain agar terbentuklah keserasian dari satu kata dengan kata yang lain. Tidak hanya sampai disitu, sedari dulu Dara berpikir bahwa dengan tulisan lah ia bisa mengekspresikan segala rasa yang sungguh tidak dapat ia sampaikan. Meski sering tulisannya tidak dapat dipahami orang lain. Tapi itulah yang ia mau, ia mau agar tidak ada yang mengerti bahwa makna tulisannya seperti sebuah keluh kesah ataukah rasa bahagia nya. Dan.... ia bahkan mulai beranggapan bahwa tidak seorangpun di dunia ini yang begitu ia percaya bisa merespon ceritanya dengan apa adanya tanpa terlihat begitu mendukung di hadapannya tapi menyalahkan di belakangnya. Yeah that's it. Hmmmm... semua itu terkesan bahwa sebuah kepercayaan sungguh sulit ia lihat di mata orang-orang terdekat ataukah di sampingnya.
 
Dara memang hanya gadis yang sudah tidak bisa disebut belia, meski juga belum bisa disebut sebagai seorang wanita dewasa. Terkadang... pembawaannya yang sendu membuat orag berpikir ia tidak sedang baik-baik saja. Tapi Dara selalu menekankan pada diri sendiri "jika terselip rasa bahagia di hati ini, bukan tidak mungkin aku hanya diam tanpa tawa. Karena bahagia tidak selalu tertawa riang ataukah melompat girang bukan? Dan jika tertoreh luka serta ku rasa pedih, tidak ada larangan untuk bersikap sungguh biasa tanpa raut murung untuk sekedar menyimpannya sendiri dalam hati bukan?". Hmmmm... begitulah ia, terkesan seperti loner. Tapi jauh sebelum hari ini ada, Dara seorang yang terkenal ceria dan pernah memiliki hari-hari yang penuh canda. Hanya saja, waktu dan orang-orang di dalam hidupnya mengeraskan hatinya hingga ia tidak lagi begitu dramatis menghadapi sesuatu. Ia terbentuk menjadi pribadi yang terbiasa tenang menghadapi masalah, jauh dari Dara yang begitu panikan ketika dulu dihadapkan pada suatu masalah sederhana yang hanya Dara lah satu-satunya yang memikirkan masalah itu, padahal yang dipikirkan saja mengacuhkan masalah itu. Ya... ya... ya.... Allah memang begitu hebat menciptaan waktu yang memilki banyak definisi istimewa dari banyak pribadi. Ada yang mendefinisikannya sebagai sesuatu yang bisa memperbaiki atau bahkan merusak sesuatu. Ada juga yang berpendapat bahwa waktu lah yang jadi penentu sesuatu. Selain itu ada yang coba beropini bahwa waktu lah yang akan menjawab rasa ingin tahu yang besar dari dalam hatis eseorang. Dan bagi Dara, waktu mengubah banyak hal, meski tidak segalanya.

2 komentar:

  1. hmmmm.. 이 얘기가 좋아!
    계속 쓰세요, 레레즈 씨.. :)

    BalasHapus