Rabu, 09 Maret 2011

love u,writing...


March 8 2011
21:34 pm
In my beloved simple room

Beberapa hari yang lalu baru saja mengikuti seminar kepenulisan pada salah satu fakultas di kampus saya. Tentu saja bukan tanpa alasan mengikuti kegiatan itu, apalagi sekedar iseng atau mejeng di tempat seminar, bukan juga dengan tidak ada angin tidak ada hujan tiba-tiba rajin mengikutinya. Saya selalu enggan memikirkan betapa malasnya saya, karena saya tau betul bahwa saya adalah apa yang saya pikirkan. Jadi saya ingin menjadi pribadi yang baik-baik saja yang senantiasa diiringi dengan pikiran yang juga baik. Selain itu, toh masih ada sisi rajin dari pribadi yang sederhana ini, heheeeeeee J

Yaaa….. alasan saya tentu didasari atas rasa yang membuat orang yang merasakannya akan tersenyum kecil sendiri, senyum merekah, serta berbunga-bunga. Perasaan itu saya sebut ‘cinta’. Hmmmmph…. Jangan coba tebak saya jatuh cinta pada sesosok pembicara seminar itu, heee meski diakui sebagai pembicara beliau bisa membuat peserta sama sekali tidak merasakan kantuk yang biasanya sudah mampir aja di matanya peserta seminar pada umumnya. Tapi…… perasaan ‘cinta’ ini saya tujukan pada rangkaian huruf yang menjelma menjadi kalimat-kalimat penuh makna ataukah sekedar tulisan polos yang tak bermaksud apa-apa. Sebenarnya saya memendam perasaan cinta ini begitu lamanya, sejak masih begitu mungil, heeee meski sekarang pun saya masih merasa begitu mungil. Tidak masalah lah, hitung-hitung awet muda, meski tidak selamanya kita muda bukan? Karena setiap orang tak terkecuali saya akan mengalami fase tua dalam fisik ataukah kepribadian. Lanjuuuut pada masa awal jatuh cinta saya yang sejak masih dengan polosnya berceloteh di hadapan orang lain dan saat masih menjadi sosok yang begitu riangnya menceritakan diri sendiri seolah ingin meminta perhatian yang sepenuhnya diinginkan untuk diri sendiri.

Kala itu… masih ingat di benak saya sesosok pria dengan kerutan kasar disekitar mata, rambut yang tak lagi mudah dirapikan, meski masih begitu tegapnya berdiri mendampingi, dan masih menyisakan wibawa yang jelas terlihat. Beliau…. salah satu pengajar saya saat masih di Sekolah Dasar. Beliau mengantarkan saya pada perasaan jatuh cinta akan menulis. Bapak itu…. Beliaulah yang pada awalnya memberikan tugas menulis yang semasa itu masih disebut mengarang bebas pada semua anak di kelas saya, tak terkecuali saya. Entah dengan semangat positive yang seperti apa, hanya saja jelas sekali terasa saat itu rasanya pikiran saya sudah terpusat pada suatu judul sinetron yang biasa ditonton mama yang senantiasa mengasihi saya, sinetron yang baru bisa beliau lirik saat malam hari setelah beliau benar-benar mendampingi saya belajar sepanjang hari. Memang kurang pantas anak seumur saya saat itu membuat karangan cerita orang dewasa. Hanya saja tentu saya tidak memiliki perbendaharaan kata tentang hal-hal yang mengacu kepada hal-hal yang terlalu jauh dari pikiran anak kecil. Hanya judul dan garis besar dari sinetron yang adanya perkenalan setiap tokohnya, diikuti konflik setiap tokoh, serta akhir dari sinetron yang berakhir bahagia. Dan tentu dengan gaya bahasa anak kecil yang meski jalan pikirannya masih kurang ketika harus menarik kesimpulan pada bagian-bagian yang tidak mendidik, namun mama kan selalu mendampingi di setiap tontonan. Jadi beliau selalu mencoba memberikan  arahan tentang bagian negative ataukah positive dari program TV yang saya tonton. Hingga pada akhirnya toh saya bisa membedakan apa bagian ataukah karakter yang baik dan yang tidak. Maka semua hal itu mengalirlah seperti air saat mengarang bebas. Dan juga entah dengan keinginan yang seperti apa, pikiran saya yang polos saat itu seakan tidak ingin berhenti barang sedetik. Tidak hanya pikiran, tapi begitu jelas setiap jemari saya maunya terus melanjutkan menuangkan setiap kata dalam pikir menjadi satu bingkis karangan.

Hmppph…… finally….. bisa juga saya saat itu menyerahkan hasil karangan dengan puasnya kepada pengajar yang juga begitu mengasihi saya. Hingga di akhir kelas, sebelum beranjak pulang sejenak beliau mulai berbincang dengan mama sambil terus berbincang mereka saling tertawa. Yaaaaa begtulah yang saya lihat dari dalam kelas. Hmmmmm…….. bukan hal negative yang terjadi pada mereka berdua, hanya saja sepertinya pada saya. Kekekekeke…. Ternyata tidak juga pada saya, karena ternyata beliau dengan gelinya menyampaikan pada mama bahwa anaknya ini mendapatkan nilai tertinggi pada tugas mengarang bebas.

“Bagaimana tidak yang tertinggi bu, ceritanya panjang dan sungguh cerita khayalan yang belum terpikirkan oleh teman-temannya yang lain untuk menceritakannya dalam sebuah karangan. Walaupun memang yang ia ceritakan bertokohkan orang-orang dewasa yang bukanlah tentang kartun seperti yang mereka biasa tahu”.

Kekekekek… mendengar hal itu dan sekaligus sesaat setelah melihat judul dari karangan saya, hingga keseluruhan karangan eh mama malah semakin tertawa dengan gelinya. Hmmmm…. Mama tahu betul sinetron mana yang saya coba ceritakan dalam karangan itu. Kekekekekek…… Memang luar biasa juga sinetron yang berakhir dengan pernikahan itu, heeee saya waktu itu jadi tahu dan bisa menentukan bahwa ada perasaan suci, tulus, dan yang membahagiakan di akhir, dengan sebuah ikatan yang disebut pernikahan. Hmmmmm ikatan itu begitu sacral kalau saya pikir sekarang,heeeee :D

Begitulah awalnya perasaan cinta ini tertanam dalam benak saya. Saya harap tidak hanya sebatas benak, tapi juga hati. Jadi ketika tebersit niat menuliskan sesuatu, maka sang hati dapat lebih berperan dan memberikan manfaat bagi yag membaca. Amin :)

2 komentar: