:14th
of January’12
January baru di tahun berikut setelah tahun
lalu sang Dara mulai merasa perlu menuangkan cerita di salah satu halaman
kosong diary-nya lagi. Tahun lalu,
dengan tanggal yang sama, suasana yang
sama dengan ritme hujan di sela malam… Hanya saja dulu hanyalah selembar surat
berbahasa Inggris yang ditujukan untuk Janny dari Larry yang sama sekali tidak
nyata ada dalam hidup Dara. Dara hanya merasa suka dengan kedua nama itu.
Dengan semangat yang jelas ada atas rasa ‘ingin juga’ nya Dara yang sehabis
membaca sebuah tulisan komedi milik Raditya Dika, yang sebagian besar adalah
kisah hidup sang penulis. Entah kenapa akhir-akhir ini Dara seakan rindu dengan
berlembar-lembar tulisan fiksi atau nonfiksi yang bisa buat Dara tertawa sendiri
di pojok kamarnya, ataukah yang membuat ada perasaan berseri-seri membuncah
saat bagian membahagiakan dari tokoh di dalam cerita sebuah buku, ataukah yang
membuatnya begitu kecewa serta miris sendiri
di bagian menyedihkan dari sebuah cerita pada buku, atau juga perasaan
menemukan masukan serta kata-kata yang membuatnya segera mengkutip sebagian
kata-kata itu di handphone-nya.
Dengan mood yang sedang begitu baik
itulah, dalam seminggu Dara sudah menjelajah ke berbagai cerita hidup, bahkan
berbagai negara melalui buku-buku yang hanya dipinjamnya melalui beberapa
temannya. “Luar biasa hebat rangkaian kata lebih bisa menjabarkan sebuah makna
daripada tampilan gambar-gambar yang tidak bisa dengan detail memaknainya”, pikir sang Dara dalam hati. Padahal buku-buku
yang ludes dalam seminggu itu tidaklah semuanya buku yang baru dipinjam,
melainkan sebagiannya buku-buku lama yang niat hati ingin membacanya namun
gagal karena rasa yang paling tidak bisa dikalahkan oleh diri sendiri, yaitu
rasa malas. Tidak hanya itu, tugas kuliah pun menjadi alasan sang Dara untuk
hanya sekedar melirik buku-buku itu tanpa punya kesempatan untuk membuka, lalu memulai setiap katanya
untuk dibaca. Mungkin kesempatan itu selalu ada di setiap waktu, hanya saja
alasannya kembali kepada alasan awal, rasa malas yang tak kunjung menipis.
Buku-buku yang baru-baru saja sang Dara baca dan jelajahi setiap kejadian dan
tempat ceritanya adalah buku cerita romantis berjudul “Autumn in Paris” and
“Summer in Seoul” yang mana keduanya adalah hasil tulisannya Ilana Tan, lalu “A
series of Unfortunate Events” yang bahkan filmnya telah Ia tonton milik Lemony
Snicket, yang padahal cerita berseri namun hanya bisa Ia baca untuk seri ke
tiga, kemudian “Moonlight Waltz” karya Fenny Wong yang sang Dara pinjam begitu
lama pada salah seorang teman yang dengan merasa bersalah telah meminjamnya
selama itu, hingga tulisan komedinya Raditya Dika “Marmut Merah Jambu”. Meski
kadang ada beberapa orang yang bilang untuk jadilah penulis yang memiliki karya
yang berkualitas atau tidak sekedar menulis tapi juga memberikan manfaat kepada
pembaca, tapi bagi sang Dara pribadi para penulis-penulis di muka bumi adalah
orang-orang yang memberikan manfaat melalui tulisannya, dan setiap buku
memiliki hal positif yang bisa dibagi serta manfaat yang bisa dicerna, bahkan
terdapat informasi yang bisa diterima. Tidak ada yang tidak berguna baginya,
hal kecilpun bisa disebut berguna bagi sang Dara. Hal itu mengibaratkan dirinya
yang tidak pernah menyesali membaca sesuatu, apalagi merasa telah buang-buang
waktu membaca setiap kata pada setiap lembaran di setiap buku. Mungkin
begitulah caranya menikmati hidup.
Gambaran di atas bukan bermaksud
menggambarkan sang Dara jadi bergelar ‘si kutu buku’. Sang Dara hanya sang
gadis moodyan yang baru saja dua hari digiring dengan angka 21 (umur). Selamat
atas usia 21 tahunnya sang Dara J
Ada beberapa kata-kata di semua buku itu
yang segera sang Dara catat melalui handphone-nya.
Sang Dara begitu suka akan permintaannya Jung Tae-Woo kepada Sandy, yang adalah
karakter-karakter pada buku Summer in Seoulnya Ilana Tan, “Kalau suatu saat aku
rindu padamu, bolehkah ku katakan padamu?”. Tidak hanya itu, pada bukunya
Raditya Dika sang Dara suka dengan pertanyaan yang dibuat penulisnya itu “Apa
yang harus kita lakukan pada kenangan yang memaksa untuk terus diingat?”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar