Hujan........... aroma lembabnya masih bisa terasa segar, meski kadang selewat udara menusuk menyisip hingga ke tulang. Sederhana dengan hanya rintik demi rintik hingga mulai memburamkan pandangan menutupi alam. Menenangkan dengan rintik kecilnya hingga terasa meresahkan. Hujan..... itu hujan bukan? itu aku....
Pelangi......... tidak begitu jelas awal terlihat. Sebenarnya, ranah warna yang ditawarkan sungguh terasa begitu menyenangkan. Tak hanya satu garis warna yang syarat akan cerah, garis berikutnya mulai tampak, garis berikutnya semakin nampak, sangat nampak, terlalu nampak, hingga jelas terlihat lengkungan yang terasa begitu lebih dari sekedar cerah. Hanya saja, serangkaian huruf sungguh tak dapat dipilih demi lengkungan luar biasa di aura pelangi yang benar-benar kini ku pikir senyum pelangi. Bukan.... bukan sekedar itu, bahkan naluri ku mulai menetapkan pikiran itu atas dasar pelangi yang sungguh dengan garis-garis warna membentuk lengkungan senyum dengan angkuhnya hadir sesaat setelah hujan berlalu. Pelangi...... itu pelangi bukan? itu dia.....
Entahlah dengan alasan apa, hanya saja pelangi mulai menitipkan rasa ragu di sebuah ruang sebagai bagian dari hujan. Hujan enggan memastikan munculnya sang senyum pelangi di tiap hari meski hujan bersedia megulur waktu menunda reda. Terkadang, hujan bahkan diam-diam mengintip di celah langit saat pelangi mulai hadir mewarna langit. Hujan awalnya hanya sekedar berwujud rintik diam-diam, hingga mulai melebat, terus melebat, dengan jelas terus melebat membuat pelangi tersadar akan hadirnya hujan. Meski sesaat pelangi akan terasa hangat bersamaan dengan hujan, namun percayalah... pelangi akan mencoba memudar dan menyatu dengan langit hingga hanya hujan yang semakin resah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar